Keutamaan Adzan Iqomah Dan Keistimewaan Manfaat Pahala Muadzin Orang Yang Adzan
Keutamaan Adzan Iqomah Dan Keistimewaan Manfaat Pahala Muadzin Orang Yang Adzan - Adzan adalah panggilan sholat untuk seluruh umat islam sebagai tanda masuknya waktu shalat 5 fardhu waktu dan seruan untuk sholat berjamaah di mesjid. Sungguh Begitu mulianya pekerjaan seorang muadzin ( orang yang adzan ) yang mengajak seluruh manusia pada umumnya khususnya muslim untuk menghadap Allah SWT sebagai pencipta dan Raja seluruh makhluk yang wajib kita sembah " Laa ilaaha illallaah".
Berikut adalah keutamaan adzan iqomah dan keistimewaan manfaat pahala muadzin orang yang adzan yang mesti kita ketahui ;
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا في النِّدَاءِ والصَّفِ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ، ولو يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا». متفقٌ عَلَيْهِ.
“Kalau seandainya orang-orang mengetahui ganjaran yang Allah berikan dalam adzan dan ganjaran yang Allah SWT siapkan di shaf yang pertama, kemudian dia tidak mendapatkan hal tersebut kecuali dengan berundi, maka mereka akan berundi (supaya mendapatkan keutamaan tersebut). Dan seandainya orang-orang mengetahui tentang ganjaran yang besar yang Allah siapkan bagi orang yang bersegera datang ke masjid untuk shalat, maka mereka akan berlomba-lomba meraih pahala tersebut. Dan seandainya mereka mengetahui pahala yang besar yang Allah siapkan dalam shalat Isya dan shalat Subuh, maka mereka akan mendatangi shalat Isya’ dan shalat Subuh meskipun harus merangkak.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ عَنْ أَبِيهِ وَكَانَ أَبُوهُ فِي حِجْرِ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ لِي أَبُو سَعِيدٍ إِذَا كُنْتَ فِي الْبَوَادِي فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالْأَذَانِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَسْمَعُهُ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَجَرٌ وَلَا حَجَرٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ
Dari Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah —dia dalam asuhan Abu Said— ia berkata: Abu Said berkata kepadaku, "Apabila kamu mengumandangkan adzan di pedesaan, maka keraskanlah suaramu. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada jin, manusia, pohon dan batu yang mendengarnya, melainkan akan menjadi saksi baginya'. " (H.R. Shahih Ibnu Majah dan Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ وَشَاهِدُ الصَّلَاةِ يُكْتَبُ لَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ حَسَنَةً وَيُكَفَّرُ عَنْهُ مَا بَيْنَهُمَا
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Seorang muadzin akan diampuni dosanya sejauh suaranya, dan setiap yang basah dan kering akan memintakan ampunan baginya. Yang melaksanakan shalat berjamaah, maka baginya akan ditulis dua puluh lima kebaikan dan dihapuskan dosa-dosanya di antara waktu shalat'. (H.R. Shahih Ibnu Majah) " Hasan-Shahih: Al Misykah (667), Shahih Abu Daud (528).
مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Muawiyah bin Abu Sufyan, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Para muadzin adalah manusia yang paling panjang lehernya di hari Kiamat'. " H.R. Shahih Ibnu Majah dan Shahih: Muslim.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِينِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّونَ حَسَنَةً وَلِكُلِّ إِقَامَةٍ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengumandangkan adzan selama dua belas tahun, maka wajib baginya surga, serta ditulis baginya setiap hari enam puluh kebaikan dengan adzannya itu dan pada setiap iqamat, tiga puluh kebaikan." H.R. Shahih Ibnu Majah) Shahih: Al Misykah (678), Ash-Shahihah (42), Shahih At-Targib (242).
وقال صلى الله عليه وسلم: {مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَقَبَّلَ إبْهَامَيْهِ فَوَضَعَ عَلَى عَيْنيْه وَقالَ مَرْحبا بِذِكْرِ الله تَعَالى قُرة أعْيُنِنَا بِكَ يَا رَسُولَ الله، فأنَا شَفِيعُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ وَقَائِدُهُ إلى الجنَّةِ }
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa mendengar adzan kemudian mencium kedua ibu jarinya, kemudian meletakkan pada kedua matanya sambil membaca: marhaban bidzikrillahi ta`ala qurratu a`yunina bika ya rasulullaah, maka akulah pemberi syafaatnya di hari kiamat dan penutunnya ke surga”.
وَقَالَ صلى الله عليه وسلم:{ إذَا كَانَ وَقْتُ الأَذَانِ فُتِحَتْ أبْوَابُ السَّمَاءِ وَاسْتُجيبَ الدُّعَاءُ وإذا كَانَ وَقْتُ الإقَامَةِ لَمْ تَرُدّ دَعْوَتُهُ}.
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Jika waktu adzan tiba maka pintu-pintu langit dibuka dan do`a dikabulkan. Jika datang waktu iqamat maka do`anya tidak ditolak.”
وقالَ صلى الله عليه وسلم: {مَنْ قَالَ عِنْدَ الأَذانِ مَرْحَبا بالقَائِلينَ عَدْلاً، مَرْحَبَا بالصَّلواتِ وَأَهْلاً، كَتَبَ الله تَعَالى لَهُ أَلْفَ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ سَيِّئَةٍ، وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ دَرَجَةٍ}.
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa mengucapkan ketika adzan: “Selamat datang orang-orang yang mengucapkan keadilan, selamat datang shalat-shalat dan keluarga” maka Allah menetapkan baginya seribu kebaikan, menghapus seribu kejelekan dan mengangkat seribu derajat”.
وقال صلى الله عليه وسلم: {مَنْ سَمِعَ الأَذَانَ وَلَمْ يَقُلْ مِثْلَ مَا قَالَ المُؤَذِّنُ فَإنَّهُ يُمْنَعُ مِنَ السُّجُودِ يَوْمَ القِيَامةِ إذَا سَجَدَ المُؤَذِّنُونَ}
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa mendengar adzan kemudian tidak mengucapkan seperti yang diucapkan mu`adzin, maka dia dihalangi bersujud di hari kiamat ketika para muadzin bersujud”.
وَقَالَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: {ثَلاَثَةٌ في ظِلِّ العَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إلاَّ ظِلُّهُ إمامٌ عَادِلٌ وَمُؤَذِّنٌ حَافِظٌ وَقَارِىءُ القُرْآنِ يَقْرأ في كُلِّ لَيْلَةٍ مائَتيْ آية}
Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Tiga orang dalam naungan arasy ketika tidak ada naungan kecuali naungan-NYA: pemimpin yang adil, muadzin yang menjaga, dan pembaca Al-Qur`an yang membaca 200 ayat setiap malam”.
hal ini berdasarkan keterangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya yang shahih maka Orang yang adzan (muadzin) memiliki keutamaan dan pahala yang besar dan mulia di sisi Allah Azza wa Jalla .
Berikut adalah rincian keutamaan adzan iqomah dan keistimewaan manfaat pahala muadzin orang yang adzan berdasarkan hadits Nabi.
1. Adzan Berpahala Sangat Besar Bagi Muadzin
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi SAW bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا
“Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya, niscaya mereka akan melakukan undian”.
Betapa besar pahala adzan sehingga jika orang-orang mengetahui besarnya pahala tersebut, mereka pasti akan berebut untuk menjadi orang yang mengumandangkan adzan.
Hingga Rasulullah SAW menggambarkan mereka akan berebut walaupun untuk mendapatkannya harus dengan jalan mengundi.
2. Setiap Makhluk Dan Benda Yang Mendengar Adzan Akan Menjadi Saksi Bagi Muadzin
Rasulullah SAW bersabda,
لا يَسْمَعُ صَوْتَهُ جِنٌّ وَلا إِنْسٌ وَلا حَجَرٌ وَلا شَجَرٌ إِلا شَهِدَ لَهُ
“Tidaklah adzan didengar oleh jin, manusia, batu dan pohon kecuali mereka akan bersaksi untuknya” (HR abu Ya’la).
Hadits serupa diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah:
لَا يَسْمَعُ صَوْتَهُ شَجَرٌ وَلَا مَدَرٌ وَلَا حَجَرٌ وَلا جِنٌّ وَلا إِنْسٌ إِلا شَهِدَ لَهُ
“Tidaklah suara adzan didengar oleh pohon, lumpur, batu, jin dan manusia, kecuali mereka akan bersaksi untuknya”.
Jadi kelak di hari kiamat, muadzin akan mendapatkan kesaksian dari semua makhluk dan benda yang mendengar kumandang adzannya. Kesaksian disini tentunya adalah kesaksian akan hal baik karena dirinya telah mengumandangkan adzan, menyeru umat manusia untuk shalat menghadap Rabbnya.
3. Muadzin Akan Dimintakan Ampunan Dan Mendapat Ampunan
Selain menjadi saksi bagi muadzin, semua benda yang mendengar adzan akan memintakan ampunan kepada Allah SWT untuknya. Permintaan ampunan ini pun akan dikabulkan oleh Allah SWT sebaimana hadits berikut:
الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ
“Muadzin diampuni sejauh jangkauan adzannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering yang mendengar adzannya, memohonkan ampunan untuknya”. (HR. Ahmad).
Jadi betapa besar manfaat yang dapat diperoleh seorang muadzin atas adzan yang dikumandangkannya. Bayangkan bagaimana semua benda memintakan ampunan untuknya dan dia pun akan diampuni sejauh jangkauan adzannya. Subhanallah
4. Muadzin Akan Mendapat Pahala Seperti Pahala Orang-Orang Yang Shalat Bersamanya
Sabda Rasulullah SAW,
“Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang shalat bersamanya”. (HR An-Nasa’i)
Maka betapa banyak pahala sang muadzin jika orang-orang yang mendengar adzannya berduyun-duyun memenuhi seruannya. Ia pun akan mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya.
5. Muadzin Adalah Orang Yang Dipercaya
Pada zaman Rasulullah, orang yang ditunjuk menjadi muadzin adalah Bilal bin Ra’bah. Rasulullah SAW pernah bersabda:
الإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ
“Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah para muadzin”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). Jadi muadzin bukan orang sembarangan, namun ia adalah orang yang dipercaya.
6. Muadzin Mendapatkan Do’a Dari Rasulullah SAW
Hadits pada point lima di atas menunjukkan bahwa secara khusus Rasulullah SAW menyebut muadzin dalam do’anya:
فَأَرْشَدَ اللَّهُ الْأَئِمَّةَ وَ غَفَرَ لِلْمُؤَذِّيْنَ
“Ya Allah, luruskanlah para imam dan ampunilah para muadzin”. Dengan kata lain Rasulullah memintakan ampunan langsung kepada Allah SWT bagi para muadzin. Dan tentu saja do’a orang yang menjadi pilihan Allah pastilah maqbul.
7. Adzan Membuat Syetan Lari
Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا نُودِىَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ
“Apabila adzan untuk shalat dikumandangkan, setan melarikan diri terkentut-kentut sampai tidak mendengar adzan”. (HR Bukhari-Muslim).
Itulah keutamaan adzan sehingga bisa membuat setan yang kerjanya mengganggu manusia, kini ia yang terganggu dan lari terbirit-birit.
8. Muadzin Akan Mudah Dikenali Pada Hari Kiamat
الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada hari kiamat” (HR Muslim).
Ini adalah salah satu bentuk kemuliaan yang dianugerahkan Allah bagi para muadzin, sehingga mereka akan mudah dikenali pada hari dimana seluruh umat manusia dikumpulkan berdiri menghadap Tuhannya.
9. Muadzin Dibanggakan Allah Di Hadapan Para Malaikat
Rasulullah SAW bersabda,
يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ
“Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia mengumandangkan adzan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah SWT berfirman; “Lihatlah hambaku ini, dia mengumandangkan adzan dan beriqamat untuk shalat, dia takut kepadaku, Aku telah mengampuni hambaku dan memasukannya ke dalam surga”. (HR Abu Daud dan Nasa’i)
Kalimat ‘lihatlah hambaku ini’ ditunjukkan Allah kepada para malaikat. Dengan kata lain, Allah SWT sedang membanggakan manusia yang taat beribadah kepadaNya di hadapan makhluk yang tidak akan ada yang bisa menandingi dalam segi ibadah. Allah SWT takjub dan bangga pada hambaNya yang walaupun ia sendirian, ia tetap mengumandangkan adzan, iqamat dan khusyuk menunaikan shalat demi mengharap ridhoNya.
10. Muadzin Akan Dimasukkan Ke Dalam Surga
“Kami pernah bersama Rasulullah SAW, lalu Bilal berdiri mengumandangkan adzan. Ketika selesai, Rasulullah SAW bersabda; ‘Barangsiapa yang mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga”. (Hr An Nasa’i)
Di dalam lafadz adzan tercantum dua kalimat syahadat, bahwa ia bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika Adzan dikumandangkan dengan penuh keyakinan dari hati berarti sama saja dengan pernyataan keimanan kepada Allah SWT. Maka tidak ada ganjaran lain untuknya selain surga.
Sejarah Adzan
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Umar:
“ketika kaum muslim datang ke Madinah, mereka berkumpul. Mereka memperkirakan waktu solat, tetapi tidak ada seorangpun yang menyerukan Sholat. Oleh karena itu, pada suatu hari, mereka membicarakannya. Sebagian diantara mereka berkata, “gunakanlah lonceng seperti orang-orang Nasrani.” Sebagian lain berkata: “gunakanlah terompet seperti terompet orang Yahudi.” Lalu umar berkata: “mengapa kalian tidak menyerukan seseorang untuk melakukan solat?” kemudian Rasulullah SAW bersabda, “hai Bilal, berdiri dan serukanlah panggilan Sholat.” (H. R. AL-Bukhori, Muslim, at Tirmidzi, dan An Nasa’i)
Adapun bacaan dan cara Adzan adalah dijelaskan dalam sebuah hadits:
Diriwayatkan dari Nashr bin Al Muhajir (guru Abu Muhammad) menyebutkan nama orang yang bermimpi itu: seseorang dari kaum Anshar datang kepada ‘Abdullah bin Zaid. Lalu ia menghadap ke Kiblat dan berkata, Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)—dua kali. Asyhadu an laa ilaaha Illallah (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)—dua kali. Asyhadu Anna Muhammada Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah)—dua kali. Hayya Ala al shalah (mari menuju sholat)—dua kali. Hayya alal falaah (mari menuju kemenangan)—dua kali. Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar) laa ilaaha Illallah (tiada Tuhan selain Allah). Ia berhenti sebentar, lalu berdiri lagi dan mengucapkan kalimat yang sama, tetapi Hayya Ala as Shalah ia menambahkan kalimat Qad Qamat al Salah, Qad Qamat al Salah. Rasulullah bersabda, “diktekan kalimat itu kepada Bilal.” Lalu Bilal mengumandangkan Adzan dengan kalimat-kalimat itu.” (H. R. Abu Dawud)
Ketentuan dan Tata Cara Adzan
Seorang muadzin hendaknya memperhatikan perkara-perkara berikut:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
Sudah selayaknya seorang muadzin dalam keadaan suci dari hadats besar maupun kecil. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang gemar bertaubat dan mensucikan diri.” (Al Baqarah: 222)
Dan dalam hadits disebutkan:
“Suatu hari aku (bilal) berwudlu kemudian aku berdiri untuk melakukan adzan shalat.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)
Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri menyatakan bahwa hadits ini menunjukkan disyariatkannya wudlu ketika hendak adzan. Bila terpaksa dilakukan dalam keadaan junub maka hukumnya makruh namun adzannya tetap sah.
2. Adzan dengan berdiri.
Disunnahkan bagi seorang muadzin untuk adzan denan berdiri. Sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Berdirilah wahai Bilal kemudian serukanlah adzan untuk shalat.” (HR. Tirmidzi (175) dari Abdullah bin Zaid)
Sebagian ulama mengatakan bahwa kata “Qum” (berdirilah) adalah perintah untuk menunaikan adzan dan bukan perintah untuk berdiri. Maka para ulama mengatakan bahwa disunnahkan bagi muadzin untuk berdiri tapi jika ia melakukan dengan duduk maka adzannya sah.
3. Menghadap kiblat.
Disunnahkan pula bagi orang yang adzan untuk menghadap kiblat. Ibnul Mundzir telah menukilkan ijma’ dalam hal ini. Dan amalan para ulama salaf, ketika mereka membaca Qur’an, bermajelis ta’lim, muraja’ah hadits, dzikir dan sebagainya mereka enggan untuk menghadap selain arah kiblat.
Arah kiblat mempunyai keutamaan, oleh karenanya kita dilarang untuk meludah ke arah kiblat waktu shalat sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Jika kalian dalam keadaan shalat maka janganlah kalian meludah ke arah kiblat.” (HR. Abu Dawud (404) dari Thariq bin Abdillah Al Muhariby)
Sehingga kaum muslimin hendaknya pun melakukan dzikir kepada Allah menghadap kiblat begitu pun tatkala menyerukan adzan yang merupakan syariat yang mulia.
Namun menghadap kiblat bukanlah syarat sahnya adzan, sehingga adzan tetap dinilai sah meskipun muadzin tidak menghadap arah kiblat.
4. Adzan di tempat yang tinggi.
Disunnahkan pula untuk adzan di tempat yang tinggi sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari seorang wanita Bani Najjar ia berkata:
“Adalah rumahku paling tinggi di antara rumah-rumah yang berada di sekeliling masjid. Dan waktu itu Bilal beradzan subuh. Dia datang waktu sahur kemudian duduk di atas rumah untuk melihat fajar. Kalau dia sudah melihat maka dia berjalan untuk beradzan.” (HR. Abu Dawud 435)
Tujuan adzan di tempat tinggi adalah agar suaranya bisa terdengar di segala penjuru. Namun dengan kemajuan teknologi, kini suara adzan bisa dikuatkan dengan mikrofon sehingga suara lebih keras dan menjangkau berbagai penjuru. Adzan yang semacam ini sah. Dan tidak ada ulama zaman ini yang mengingkari hal tersebut seperti Asy Syaikh Ibnu Baz, Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’y, Asy Syaikh Ibnu Utsaimin, Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi dan sebagainya.
5. Memperhatikan tajwid.
Seorang muadzin hendaknya memperlambat bacaan adzan dan mempercepat bacaan iqamah. Dan hendaknya pula seorang muadzin benar-benar menguasai ilmu tajwid. Menerapkan tajwid dalam adzan adalah kewajiban sebagaimana dalam bacaan Al Qur’an. Hanya saja ukuran panjang dari mad far’i (Mad Ja’iz Munfashil) pada bacaan adzan ada ketentuan tersendiri. Para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan bahwa yang afdhal adalah 10 harakat atau 14 harakat. Ada pula yang berpendapat bahwa yang lebih utama adalah mengikuti kaidah tajwid yaitu sekitar 6 harakat. Wallahu a’lam.
6. Meletakkan jari-jari di telinga ketika adzan.
Salah satu cara agar suara adzan bisa keras dan bagus adalah dengan memasukkan jari ke lubang telinga. Jumhur ulama mengatakan sunnah bagi muadzin untuk meletakkan jari tangannya ke dalam dua lubang telinganya ketika adzan. Sesuai dengan sabda hadits berikut:
Dari Abu Juhaifah ia berkata, “Aku melihat Bilal adzan dan aku ikuti bibirnya ke arah sini dan ke arah situ dan jari tangannya berada di dalam kedua lubang telinganya.” (HR. Bukhari (598), Muslim (777) dari Abu Juhaifah)
7. Menengok ke kanan dan ke kiri ketika haya’alatain.
Disunnahkan bagi muadzin ketika mengucapkan haya’alatain untuk menengok ke kanan dan kiri tanpa diikuti badannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Saya berusaha mengikuti bibirnya, mengucapkan ke kanan dan kiri hayya ‘alash shalah – hayya ‘alal falaah.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Juhaifah)
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya
Demikian keutamaan adzan iqomah dan keistimewaan manfaat pahala muadzin orang yang adzan . Semoga kita dapat motivasi untuk mendaptakan derajat mulia sebagai muadzin yang ikhlas menyerukan panggilan sholat sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT