4 Golongan ( Tingkatan ) Manusia Menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani
4 Golongan ( Tingkatan ) Manusia Menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani - Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT yang diberikan akal budi dan kecerdasan sehingga mampu menguasai mahluk lain dan ditunjuk untuk menjadi kholifah di bumi. Pada dasarnya manusia terlahir sebagai penghuni surga, namun karena manusia pertama yaitu Adam bersama kekasihnya Hawa termakan oleh tipu daya godaan setan iblis yang membuat manusia mendapatkan hukuman hidup di bumi, meskipun hidup dibumi ini adalah sebuah hukuman yang diberikan oleh sang-Kholik kepada Adam namun ini juga termasuk salah satu nikmat yang besar yang diperoleh manusia.
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” [Al-Baqarah: 30]
Sebagai makhluk yang sempurna, manusia diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin dibumi, baik pemimpin untuk dirinya sendiri, keluarga, kelompok maupun orang banyak seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah di atas. Dengan kelebihan yang manusia miliki, manusia mampu menguasai isi bumi seperti apa yang manusia inginkan namun kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa manusia adalah mahluk yang diutus untuk menjadi pemimpin dimuka bumi ini.
Manusia hidup dibumi tidak sendiri melainkan berkelompok dan saling bekerja sama dalam arti lain manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Hal inilah yang menyebabkan bahwa manusia dikatakan sebagai pemimpin, karena manusia hidup berkelompok dan saling bekerja sama maka dibutuhkan adanya pemimpin yang dapat mengkoordinir dalam hidup bersama.
Dalam salah satu wasiatnya sebagaimana dinukil oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Nashaihul Ibad, Sayyidul Auliya Syekh Abdul Qadir Jaelani pernah berpendapat bahwa tipe manusia dapat dibagi dalam empat kelompok besar:
1. Golongan Manusia yang hati dan lisannya mati.
2. Golongan Manusia yang hatinya mati namun lisannya bercerita.
3. Golongan Manusia yang mati lidahnya, tetapi hidup hatinya.
4. mereka yang berilmu dan berkarya sesuai ilmunya.
Pertama, رَجُلٌ لاَ لِسَانَ لَهُ وَلاَ قَلْبَ وَهُوَ العَاصِى العَبِيّ
yaitu kelompok manusia yang tidak berlidah dan tidak berhati merekalah para pendurhaka kepada Allah. Maka janganlah kita sampai tergolong seperti mereka, apalagi berteman dengannya. Karena merekalah penghuni sah neraka.
Kedua, رَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلاَ قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَايَعْمَلُ بِهَا يَدْعٌو النَّاسَ اِلَى اللهِ تَعَالىَ وَهُوَ يَفِرّ مِنْهٌ
yaitu golongan yang memiliki lisan tetapi tidak berhati. Mereka berbicara dengan manisnya hikmah namun tidak mengamalkannya. Bahkan mereka mengajak orang-orang untuk menuju Allah swt. Tetapi mereka sendiri malah menjauhkan diri dari-Nya. Kepada mereka Syaikh Abdul Qadir mewanti-wanti kepada jangan sampai terbujuk keindahan rangakaian katanya yang dapat membakar mu bahkan dapat pula kebusukan hatinya membunuhmu.
Ketiga, رَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهٌوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَرِهِ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ وِنَوَّرَ قَلْبَهُ وعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمِ الكَلاَمِ وَهُوَ وَلِيُّ اللهِ تعالى مَحْفُوْظٌ فى سِتْرِ الله تعالى
yaitu kelompok memiliki hati tetapi tidak berlisan, merekalah orang mukmin yang disembunyikan Allah swt dari orang lain, serta Allah jaga matanya dengan perasaan hina akan dirinya sendiri. Kepada hati kelompok inilah Allah memberikan cahaya, sehingga mereka mengerti dampak bergumul (terusmenerus) dengan sesama manusia serta bahayanya banyak bicara. Mereka inilah kekasih (wali) Allah swt yang senantiasa disembunyikan Allah (dari khalayak ramai).
Keempat, رَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِالله تعالى وايَاتِه اسْتَوْدَعَ اللهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرّحَ صَدْرَه لِقَبُوْلِ الْعُلُوْم
yaitu orang-orang yang belajar dan mengajar dan beramal dengan ilmunya itulah orang-orang yang mengerti kebesaran Allah. Oleh karena itulah menitipkan dalam hati mereka berbagai ilmu dan pengetahuan dan juga Allah lapangkan dadanya guna menerima titipan-titpan pengetahuan tersebut.
Maka kepada kelompok terakhir ini jangan sampai kita menjauhinya apalagi menentangnya. Bahkan kalau perlu sering-seringlah mendekatinya agar mendapatkan nasihat yang berguna.
Demikianlah empat macam golongan manusia hasil pengkelompokan Syekh Abdul Qadi al-Jailani. Tentunya pengelompokan ini merupakan hasil penelitian yang cermat dengan berbagai pertimbangan dhahir dan bathin. Mengingat beliau sebagai seorang sayyidul auliya yang mengetahui dengan persis karakter manusia-manusia yang dicintai maupun dibenci Allah swt.
Selanjutnya Syaikh Abdul Qadir menutup nasihat dan hasil penelitiannya ini dengan sebuah penekanan yang berbunyai:
اِعْلَمْ اَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الإِجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ كَبِيْرُهَا وَصَغِيْرُهَا وَاَدَاءُ جَمِيْعِ الْفَرَائِضِ يَسِيْرُهَا وَعَسِيْرُهَا وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلىَ اَهْلِهَا قَلِيْلُهَا وِكَثِيْرُهَا
Ketahuiah bahwa pokok-pokok ajaran zuhud adalah menjauhi berbagai hal-hal yang dilarang (haramkan) Allah swt, baik yang besar maupun kecil. Serta menjalankan berbagai kewajiban (faraidh) baik yang mudah maupun yang susah. Serta menyerahkan urusan dunia kepada para aahlinya (yang berekepentingan) baik urusan kecil maupun urursan besar.
Zuhud bukanlah sesuatu yang berat dan spesial yang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu. tetapi zuhud adalah laku alamiah yang dapat dicapai dengan berlatih dan berlatih memulai dari hal yang kecil. Zuhud tidak semata bersifat penghindaran, tetapi juga bersifat pelaksanaan. Dengan melaksanakan berbagai kewajiban syariah sama artinya dengan melatih diri membisakan zuhud.
Dari keterangan di atas marilah kita meraba diri kita sendiri, termasuk ke dalam kelompok manakah diri ini. Janganlah kita menilai orang lain dengan mengelompokkan dalam kelompok yang buruk. Karena menganggap orang lain lebih buruk dari diri kita adalah suatu keburukan sendiri.
Demikianlah 4 golongan manusia menurut Syekh Abdul Qadi Jaeilani mudah-mudahan kita termasuk kedalam kelompok orang-orang yang beruntung dan dicintai-Nya. Walaupun untuk menuju kesana kita sangat mengandalkan petunjuk dari-Nya. Amin
Baca juga Artikel Menarik Lainnya
Sejarah Riwayat Sufi Wali Alloh : Kisah Manaqib Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani
Hukum dzikir keras ( jahr ) menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits
3 hal penyebab matinya hati ( hati mati ) menjadi keras membantu
Cara membersihkan hati agar dibersihkan dan terhindar dari penyakit hati
Pengertian perbedaan kedudukan akal, hati qalbu dan nafsu manusia dalam islam
Hukum Berdzikir dengan Menggunakan Tasbih
4 golongan ( tingkatan ) manusia menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani
Hikmah Keutamaan LAA ILAAHA ILLALLAAH dan fadhillah manfaat dzikir bacaan LAAILAAHAILLALLAAH
Dalil Hukum Membaca Doa Tawassul menurut Hadits dan Al-Quran
Keutamaan Macam-Macam Tawasul dan Hukum Tawassul sesuai Dalil Hadits
Biografi Nama-nama Tokoh Ulama Sufi Tasawuf dan kitab ajaran Ilmu Tasawuf
Sejarah Ilmu Tasawuf Pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Nabi Muhammad SAW
4 Cabang Tingkatan Ilmu Islam Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat