Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Gambar Produk 1
Jasa Desain Kaos, Desain Batik , LOGO dan desain grafis lainya
Email : mastertracer69@gmail.com

Bacaan Wirid Dan Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW

Bacaan-Wirid-dan-Dzikir-setelah-Sholat-Fardhu-sesuai-sunnah-nabi-muhammad-saw
Bacaan Wirid Dan Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW - Salah satu dari 12 golongan orang yang didoakan malaikat adalah Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat fardhu 5 waktu ( ba'da shalat wajib fardhu ) tidak langsung beranjak dari duduknya langsung pergi , namun berdzikir baik dengan Tasbih, Tahmid, Takbir atau Langsung Tahlil. Kalau ditanya Bacaan Wirid dan Dzikir mana yang paling afdhal ? mari kita jabarkan Bacaan Wirid dan Dzikir sesudah Sholat Fardhu sesuai sunnah hadits Nabi Muhammad SAW

Hadits riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa fakir miskin Muhajirin datang menemui Rasulullah saw. dan berkata:
" Orang-orang kaya telah pergi dengan derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal.
Rasulullah bertanya: Apa itu gerangan?

Mereka menjawab: Mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa seperti kami puasa. Tetapi mereka bersedekah sedang kami tidak sanggup, mereka mampu memerdekakan budak sementara kami tidak mampu.

Rasulullah saw. bersabda: Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dapat membuat kalian mengejar orang-orang yang mendahului kalian dan yang dapat membuat kalian mendahului orang-orang yang sesudah kalian? Tidak ada seorang pun di antara kalian yang lebih utama kecuali ia melakukan seperti yang engkau lakukan.

Mereka menjawab: Tentu, ya Rasulullah.

Rasulullah bersabda: Kalian baca tasbih (subhhaanallah), takbir (Allahu akbar) dan tahmid (alhamdu lillah) setiap selesai salat sebanyak tiga puluh tiga kali."

(Nomor hadits dalam kitab Sahih Muslim 936 )

Riwayat lain dijelaskan oleh Imam Nasa’i

“Wahai Rasulullah, sungguh ahli datsur (orang-orang kaya) mampu mencapai kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang sempurna berkat harta yang mereka miliki. Mereka shalat dan puasa seperti kami, namun mereka mempunyai harta dan bisa pergi haji dan umrah ke Baitullah, bisa berjihad dan bersedekah dengan kelebihan harta yang ada pada mereka, sedangkan kami tidak bisa demikian.”

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahu tentang suatu amalan yang apabila amalan itu kalian kerjakan, maka kalian akan bisa menyamai mereka. Dan tidak ada seorangpun yang akan menyamai kalian setelah itu kecuali jika orang itu mengerjakan juga?! 

Amalan itu adalah bertasbih (membaca SUBHANALLAH), bertahmid (membaca ALHAMDULILLAH) dan bertakbir (membaca ALLAHU AKBAR) setiap selesai shalat, masing-masing sebanyak tigapuluh tiga kali.”

(HR Abu Shalih dari Abu Hurairah, dari kitab ‘AMAL al-YAUM wa al-LAILAH, IMAM NASA’I [215-303 H])

Riwayat lain mengisahkan, bahwa suatu hari Abu ad-Darda’ kedatangan seorang tamu, lalu ia berkata kepada tamu itu, “Sungguh tidak ada oleh-oleh yang lebih baik dariku untuk engkau selaku tamuku melainkan sebuah hadits Rasulullah saw yang diucapkannya ketika aku berkata kepadanya:

Sungguh orang-orang kaya telah mampu mendapatkan dunia dan akhirat berkat harta yang mereka miliki. Mereka juga shalat, berdzikir dan berjihad seperti kami, namun mereka bersedekah sedangkan kami tidak. Ketika itu beliau saw berkata:

“Maukah engkau kutunjukkan tentang suatu amalan yang apabila amalan itu engkau kerjakan maka engkau akan bisa menyamai mereka dan tidak seorangpun yang menyamai engkau setelah itu kecuali jika orang itu mengerjakan juga. Amalan itu adalah bertasbih (membaca SUBHANALLAH) sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid (membaca ALHAMDULILLAH) sebanyak tigapuluh tiga kali dan bertakbir (membaca ALLAHUAKBAR) sebanyak tigapuluh empat kali setiap selesai shalat.”

(HR. UMMU DARDA’) dalam buku AMALAN SEUMUR HIDUP berdasarkan pola hidup dan ibadah Nabi SAW terjemahan dari kitab ‘AMAL al-YAUM wa al-LAILAH, IMAM NASA’I [215-303 H])

Beberapa nash di atas menjadi acuan bahwa dzikir yang selama ini dilakukan di kalangan umat muslim benar-benar sangat berdasar dan jelas sekali ada contohnya di masa hidup Rasulullah saw. Lalu bagaimana dengan dengan dzikir jahar langsung tahlil (LAA ILAAHA ILLALLAH) sesudah shalat dengan suara yang sangat keras?
Dalam hal ini kita mesti mengetahui terlebih dahulu apa fadhilah (keutamaan) membaca kalimat tahlil (LAA ILAAHA ILLALLAH) sebagaimana nash-nash berikut ini:

Firman Allah SWT:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah” (QS. Muhammad, 47:19)

Sabda-sabda Rasulullah SAW berikut ini:

“Dan sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan demikian pula yang diucapkan para nabi sebelumku adalah LAA ILAAHA ILLALLAH…” (HR. Tirmidzi)

Nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah mengerti LAA ILAAHA ILLALLAH, karena bagi penghuni surga kalimat ini bagaikan air yang mengalir untuk penghuni bumi (Kalimat ikhlas, karya Ibnu Rajab [52-53])

Oleh sebab itu, barangsiapa mengucapkan kalimat ini maka harta dan darahnya terjaga. Sebaliknya barangsiapa menentangnya maka maka harta dan darahnya halal dialirkan.

Dalam hadist sohihRasulullah SAW bersabda:

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya (terserah) pada Allah. (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 30)

Barangsiapa mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dan mengingkari seluruh sesembahan selain Allah maka harta dan darahnya haram dan hisabnya diserahkan kepada Allah (HR. Muslim)

Rasulullah saw bersabda: “Bahwasannya Allah Ta’ala mengharamkan api neraka menjilat orang yang berkata LAA ILAAHA ILLALLAH yang tujukan hanya kepada Allah semata-mata (HR. Bukhari Muslim)

Di dalam kitab Sirrul Asrar karya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani qs fasal lima tentang taubat dan talkin disebutkan: Di dalam Al Qur’an kalimat tauhid (kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH) ditempatkan dalam dua tempat.

Pertama, ayat yang menunjukkan LAA ILAAHA ILLALLAH secara lisan saja. Firman Allah: “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri“. (QS. Ash shoffat : 35)

Maksudnya kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH yang ini merupakan bagian dari orang awam.

Kedua, Allah menyatakan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH disertai dengan ilmu yang hakiki, sebagaimana firman Allah: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya LAA ILAAHA ILLALLAH (Tidak ada Tuhan selain Allah) dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad, 47:19)

Ayat ini menjadi sababun nuzul bagi adanya talqin (pembelajaran) dzikir untuk tujuan tertentu, yakni wushul (sampai) kepada Allah.

Masih di dalam kitab Sirrul Asrar, Syekh Abdul Qadir Al Jailani qs menerangkan, di dalam kitab Bustanusy Syariah, orang pertama yang menginginkan jalan terdekat kepada Allah, terunggul tetapi termudah melalui Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib r.a.

Ketika Saidina Ali ra meminta, Rasul tidak langsung menjawab, tetapi menunggu wahyu. Maka datanglah Jibril dan mentalqinkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali dan Nabi mengucapkannya tiga kali. Selanjutnya Nabi mentalqin Ali ra. (sebagaimana Nabi ditalqin oleh Jibril). Selanjutnya Nabi mendatangi para sahabat dan Nabi mentalqin mereka secara berjamaah.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah, bahwa beliau berkata: “Aku mendengar junjungan manusia Muhammad bersabda: Junjungan Malaikat, Jibril berkata: Aku tidak turun dengan membawa satu kalimat yang lebih agung dari kalimat Laa ilaaha IllaLlah. Dengan kalimat tersebut langit, bumi, gunung, pohon-pohon, daratan dan lautan muncul ke permukaan. Ingatlah kalimat tersebut adalah kalimat keselamatan ia adalah kalimat yang tinggi. (Miftahus Shudur, KH. A. Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin)

Kalimat ini memang pendek lafadznya, sedikit hurufnya dan ringan diucapkan. Namun memiliki bobot yang sangat berat di dalam timbangan keadilan. Ibnu Hibban dan al Hakim telah meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda:

Musa pernah berkata: “Wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu yang dapat aku pakai untuk ingat dan berdoa kepadaMu”

Allah berfirman: “Wahai Musa, ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH”

Musa berkata: “Semua hambaMu mengucapkan kalimat ini”

Allah berfirman: “Wahai Musa, seandainya tujuh langit dan penghuninya selain Aku dan tujuh bumi diletakkan di salah satu daun timbangan dan ‘LAA ILAAHA ILLALLAH’ diletakkan di daun timbangan lainnya, niscaya ‘LAA ILAAHA ILLALLAH’ lebih berat dari itu semua”

(HR HAKIM [1/528] dan IBNU HIBBAN [2324] dalam Maurid Adh-Dham’an)

Kalimat yang agung ini mempunyai banyak keutamaan, dalam risalah yang berjudul Kalimatul Ikhlas Al Hafidz ibnu Rajab menyebutkan sebagiannya, antara lain:

LAA ILAAHA ILLALLAH merupakan harga surga

Barangsiapa mengucapkannya di akhir hayatnya, ia pasti masuk surga

LAA ILAAHA ILLALLAH menjadi penyelamat dari kekekalan neraka

LAA ILAAHA ILLALLAH menjadi sebab diampuninya seluruh dosa

LAA ILAAHA ILLALLAH merupakan kebajikan yang terbaik

LAA ILAAHA ILLALLAH dapat menghapus dosa dan kesalahan

LAA ILAAHA ILLALLAH mampu memperbaharui iman dan qalbu

LAA ILAAHA ILLALLAH mampu membuka tabir sampai berjumpa dengan Allah Ta’ala bagi orang yang jujur dalam mengucapkannya

LAA ILAAHA ILLALLAH merupakan doa terbaik yang diucapkan oleh para Nabi

LAA ILAAHA ILLALLAH merupakan dzikir yang paling utama

LAA ILAAHA ILLALLAH adalah amalan yang paling utama dan paling banyak pahalanya yang menyamai pahala membebaskan beberapa budak

LAA ILAAHA ILLALLAH dapat menjaga dari gangguan syetan

LAA ILAAHA ILLALLAH menjadi pengaman kesengsaraan kubur dan kedahsyatan hari dikumpulkannya seluruh mahluk

LAA ILAAHA ILLALLAH menjadi syiar orang-orang mukmin tatkala dibangkitkan dari kubur

LAA ILAAHA ILLALLAH menjadi kunci dibukanya delapan pintu surga, hingga bisa masuk lewat pintu manapun yang disukai

LAA ILAAHA ILLALLAH dapat mengeluarkan seseorang dari siksa neraka sekecil apaun amalnya

Nash-nash di atas cukup kiranya untuk memahami betapa besar pahala dan fadhilah orang yang mengucapkan tahlil.

Dengan tidak bermaksud melemahkan nash yang satu dengan nash yang lain, mari kita telaah dengan teliti. Dzikir tasbih, tahmid dan takbir yang Rasulullah saw ajarkan kepada para sahabat adalah berdasarkan permintaan kaum faqir jaman itu yang merasa tidak memiliki apapun untuk berjihad di jalan Allah. Berbeda dengan kaum aghniya atau ahli datsur (orang-orang kaya) yang dengan kekayaannya mereka bisa leluasa menginfakkan sebagian hartanya untuk berjihad. Lalu kaum faqir itu pun melaksanakan ajaran Rasulullah ini. Belakangan tidak hanya kaum faqir saja yang mengamalkan dzikir tasbih, tahmid dan takbir seusai shalat, ahli datsur pun ikut mengamalkan dzikir ini.

Jika mereka kaum faqir dan aghniya sama-sama mengerjakan dzikir ini, lalu amal shaleh apa lagi yang mampu mengejar ketertinggalan kaum faqir atas kelebihan para aghniya itu, bukankah Rasulullah saw bersabda, …Dan tidak ada seorangpun yang akan menyamai kalian setelah itu kecuali jika orang itu mengerjakan juga…

Di saat berbeda, Sahabat Ali bin Abi Thalib yang terkenal kecerdasan dan ketekunannya di dalam beribadah kepada Allah SWT mengajukan sebuah permohonan khusus kepada Rasulullah saw sebagaimana nash berikut:

…orang pertama yang menginginkan jalan terdekat kepada Allah, terunggul tetapi termudah melalui Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib r.a.

Ketika Saidina Ali ra meminta, Rasul tidak langsung menjawab, tetapi menunggu wahyu. Maka datanglah Jibril dan mentalqinkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali dan Nabi mengucapkannya tiga kali. Selanjutnya Nabi mentalqin Ali ra. (sebagaimana Nabi ditalqin oleh Jibril). Selanjutnya Nabi mendatangi para sahabat dan Nabi mentalqin mereka secara berjamaah.

Rasulullah saw mengajarkan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabat lainnya kalimat tauhid sebagai sebuah jalan terdekat kepada Allah, terunggul tetapi termudah. Setelah mendapatkan amalan ini kemudian para sahabat istiqomah melakukan dzikir tahlil.

Perhatikan keterangan berikut:

“Sesungguhnya Dzikir dengan suara keras setelah selesai shalat wajib, adalah biasa pada masa Rasulullah saw. Kata Ibnu Abbas, ‘Aku segera tahu bahwa mereka telah selesai shalat kalau suara mereka membaca dzikir telah kedengaran.’” (HR. Muslim No. 541)

Sahabat Ali bin Abi Thalib ra kemudian mengajarkan cara berdzikir tahlil ini kepada generasi berikutnya, antara lain kepada kedua anaknya Hasan dan Husain, juga kepada murid terkasihnya Hasan al-Bashri. Selanjutnya ketiga orang ini pun mengajarkannya kepada generasi-generasi sesudahnya hingga masa sekarang. Ajaran dzikir itu terus turun temurun membentuk mata rantai yang tidak terputus dari satu generasi ke generasi berikutnya membentuk silsilah mata rantai emas. Kesemua silsilah itu berpangkal kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.

Apa yang dilakukan Sahabat Ali bin Abi Thalib ra adalah sebuah cara (thariqah) sampai (wushul) kepada Allah Ta’ala sebagaimana termaktub dalam firman Allah:

“Barangsiapa ingin berjumpa dengan Tuhannya hendaklah ia beramal shaleh dan tidak menyekutukan Tuhannya itu dengan apapun juga dalam ibadat penyembahannya.” (QS. Al-Kahfi :110)

Ilustrasi mudahnya, sahabat Ali bin Abi Thalib ra dengan permohonannya kepada Rasulullah saw untuk diajarkan cara mendekat kepada Allah Ta’ala adalah proses mengajukan lamaran untuk masuk sebuah akademi khusus ‘mencetak calon-calon muqarrabiin’. Kemudian diterima oleh Rasulullah melalui proses talqin dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH.

Sebagaimana akademi-akademi di jaman sekarang pola pendidikan yang diterapkan serba spesial. Kurikulumnya spesial, olah jasmaninya spesial, olah fikirnya spesial. Dan setiap peserta didik yang terdaftar dalam akademi tersebut harus mematuhi peraturan yang ditetapkan dan menjalani berbagai macam latihan (riyadhah) untuk bisa lulus, berhasil mendapatkan ijazah dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh.

Begitu juga dengan latihan (riyadhah) melaksanakan dzikir tahlil dalam tarekat setiap ba’da shalat fadhu, menjadi sebuah kewajiban bagi para pengamalnya untuk keberhasilan dalam proses pensucian ruhaniah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Menjadi murid seorang Syekh/Mursyid dalam tarekat merupakan proses membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan rutin yang membuat nyaman, istilah jaman sekarang adalah keluar dari comfort zone (zona nyaman).

Sebelum bertarekat, seorang murid sangat nyaman dengan tidur delapan jam sehari semalam, tetapi setelah bertarekat ia harus latihan (riyadhah) mengurangi jam tidurnya menjadi lebih sedikit. Enam atau bahkan empat jam sehari semalam, sehingga ia menjadi terbiasa mengurangi tidur dan memanfaatkan waktu yang biasanya terpakai untuk tidur dengan hal-hal yang bermanfaat, misalnya shalat malam. Dengan begitu ia sedang mengelola syahwat al-nawm (keinginan/kecenderungan untuk tidur) di dalam nafs (diri)-nya.

Sebelum bertarekat, seorang murid sangat nyaman dengan mengkonsumsi makanan tiga kali sehari semalam. Setelah bertarekat ia dibimbing oleh mursyidnya mengelola syahwat al-bathn (keinginan/kecenderungan untuk mengisi penuh perut dengan makan dan minum) tidak berlebihan melalui puasa. 

Dalam bentuk puasa senin kamis, puasa Nabi Dawud, puasa kifarat, puasa memakan nasi dan lauk yang mengandung lemak atau puasa-puasa lain. Masih banyak model latihan lainnya yang harus dijalani oleh seorang murid. Kesemuanya itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw: kita telah kembali dari perang kecil ke perang besar. Yang dimaksudkan perang besar adalah perang melawan hawa nafsu.

Kesimpulannya melakukan dzikir tahlil ba’da shalat fardhu 5 waktu adalah suatu keharusan dalam rangka pensucian ruhaniah untuk mendekat kepada Allah SWT. 

Baca Artikel Menarik Lainnya 

Bacaan Doa Ayat Al Quran Pengusir Setan Dan Gangguan Makhluk Halus
Doa Bacaan Dzikir Pagi dan Petang ( Sore ) sesuai Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah SAW
Tata Cara dan Syarat Rukun Bacaan Doa Niat Mandi Junub sesuai Tuntunan Rasulullah SAW
Syarat-Syarat kriteria yang berhak menjadi Imam Sholat Berjamaah
Tata cara syarat-syarat sah wudhu rukun wajib wudhu dan sunnah wudhu 
Tuntunan lengkap tata cara doa bacaan niat wudhu dan syarat rukun berwudhu
Syarat wajib shalat, syarat sah shalat dan rukun shalat
Syarat wajib puasa, syarat sah puasa , rukun puasa dan hal yang membatalkan puasa
Syarat, Rukun, Wajib Haji, dan Sunnah serta larangan Ibadah Haji 
5 Hukum Fiqh Islam Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh dan Haram dan contoh-contoh hukumnya
Lafadz Bacaan Doa Setelah Sholat Tahajud Lengkap Dengan Artinya
Bacaan Wirid dan Dzikir setelah Sholat Fardhu sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW
Tata Cara Bacaan Niat Sholat Sunnah Shalat Malam Nisfu Sya’ban
Waktu-Waktu Doa Mustajab dan Doa Orang Yang Cepat dikabulkan Oleh Allah SWT
Tata cara shalat sunnah rajab dan manfaat sholat sunat bulan rajab
Tata cara bacaan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan 

Demikian ulasan mengenai Bacaan Wirid dan Dzikir sesudah Sholat Fardhu sesuai sunnah nabi muhammad saw